The Art of 'Paper Management'

Pernah pusing pas ngeliat kertas berserakan di kamar kita ???!!... .

“Laskar Programmer” UIN Maliki Malang

GEMA-Satu lagi bukti yang menunjukkan bahwa mahasiswa UIN Maliki Malang kaya akan kreatifitas...

The Next Generation of Superhero, is Us!

“Terkisah pada suatu malam yang kelam. Kala itu, semua penduduk bumi sedang terlelap. Jalanan sunyi....

WCU Itu 'Wong Cilik University' kan?

Maaf, tulisan ini hanya sebagai teman ngobrol saya aja.. Bukan utk tujuan aneh tertentu, karena isinya pasti tak berasa ilmiah dan minim kata-kata yang keren....

Harta, Tahta, Wanita, dan ............??

Duet dunia nyata dan dunia digital semakin intim saja. Dunia nyata semakin bergantung pada dunia cyber, dan dunia cyber kian kompleks....

Minggu, 16 Mei 2010

_Portal G A R U DA (Garba Rujukan Digital)_


Mungkin diantara pembaca sudah ada yang tahu, tapi mungkin juga ada yang belum pernah dengar, jadi smoga tulisan ini bisa membantu memasyarakatkannya. Ini tentang gebrakan baru dari Pak Mendiknas kita (Muhammad Nuh).

Apa itu Garuda? Mengutip dari halaman utama Garuda, Garuda (Garba Rujukan Digital) adalah portal penemuan referensi ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia. Garuda yang mencakup antara lain e-journal domestik, tugas akhir mahasiswa, dan laporan penelitian dikembangkan oleh Direktorat P2M-Dikti Depdiknas bekerjasama dengan PDII-LIPI serta berbagai perguruan tinggi dalam hal penyediaan konten.

Dengan adanya sistem ini semacam ada tekad untuk memadukan seluruh karya ilmiah dari seluruh peneliti dan akademisi Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk memerangi plagiarisme yang dianggap sebagai kendala kemajuan keilmuan di tanah air. Seperti yang dikatakan Pak Mendiknas (20/02/2010) yang termuat dalam OkeZone, beliau mengatakan bahwa dengan sistem online yang seperti itu maka akan memudahkan khalayak untuk melacak karya ilmiah yang pernah dibuat sebelumnya. Atau, lanjut beliau, dengan sistem elektronik Garuda ini memudahkan pemerintah untuk mengecek apakah karya ilmiah yang diajukan untuk kenaikan pangkat sudah pernah dibuat oleh orang lain atau belum.
Berikut interface awal dari Portal Garuda:


Portal Garuda diharapkan bisa membantu dalam mengatasi plagiarisme, sebagaimana yang diucapkan Pak Fasli Djalal (Wakil Mendiknas), "Kalau seseorang mengajukan usulan judul penelitian, dosen pembimbing nanti bisa memasukkan kata kunci di mesin pencarian Portal Garuda, sehingga bisa dilihat setiap kesamaan antara usulan judul tertentu dengan karya ilmiah yang sudah ada. Dari ide dasar saja sudah bisa ketahuan, jadi plagiarisme bisa dihindari".

Lebih menariknya lagi, portal Garuda selain bisa dijadikan solusi mencegah plagiarisme sekaligus juga menjadi sumber referensi yang maknyuzz… karena kita bisa mendowload file karya ilmiah yang ada di portal tersebut. Berikut petunjuk mendowonload file digital (diambil dari Panduan Penggunaan Portal Garuda).


Semoga kita bisa selalu berkarya dengan lebih bijak dan produktif....

Minggu, 09 Mei 2010

~:Swasembada Software:~

Aku tahu ilmuku masih amat dangkal, jadi aku riakkan saja, paling tidak ia kan terus mengalir dan tak menggenang sia-sia . . .

_Swasembada Software_
Telah banyak dikupas bahasan bertajuk kemandirian teknologi di tanah air, karena memang inilah ladang garapan sekaligus harapan kita bersama. Meski membludaknya angka mahasiswa TI, atau betapa ‘indah’nya nilai IPK kita, ‘canggih nian’nya aplikasi kita, akan mjd nonsense jika kita tak memberikan sumbangsih - meskipun sebesar dzarroh - bagi kemajuan bangsa ini.

That is it, swasembada (kurang lebih) berarti mencukupi kebutuhan diri sendiri (biasanya tentang kecukupan kebutuhan beras). Karena memang kata ‘swa’ agaknya berarti sendiri (mandiri). Sehinga swasembada software merup suatu keadaan mencukupi kebutuhan software sendiri, baik dalam urusan pribadi, lingkup kampus, perusahaan, maupun konteks suatu negara.

_Ilusi Teknologi_
Waw, ilusi teknologi telah membuat kita ‘terbius’ oleh canggihnya teknologi luar. Kita secara tak sadar tlah bangga hx dgn memilikinya/membelinya. Contoh yang mirip adalah seperti ilusi swalayan, kita jadi lebih bangga n enjoy belanja di mall daripada di pasar atau di toko-toko samping tempat tinggal kita. Kita tlah puas hanya dgn menjadi user saja, dgn tiadanya aksi lanjutan (follow up) tuk menjadi modifier pun sbgai creator. Dan puncaknya kita kudu menjadi trendsetter teknologi.

_Swadesi Software_
Benarkah swasembada software bukan hal yang mustahil?? Ada satu hal menarik lagi yg perlu dimunculkan di sini, yakni perihal gerakan Swadesi (yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi), yakni gerakan yg menganjurkan agar menggunakan produk (negeri) kita sendiri, dalam dimensi topik kali ini adalah pemakaian software bikinan sendiri (swasoftware). Jadi, jangan-jangan ini solusinya???

[hope it’ll be continued]


. . . Dan jika kau melihat ketertinggalan teknologi di negerimu, maka lakukanlah revolusi teknologi, jika kau tak mampu maka dengan demonstrasi teknologi, dan jika kau masih tak mampu maka perbanyaklah diskusi teknologi, tapi itu adalah selemah-lemahnya perjuangan seorang teknolog sejati. :)


Mendefinisikan Software Islami

Sekedar brainstorming aja…

Seakan menjamur. Saat ini, software memang telah membanjiri dan bebas berkeliaran di dunia digital keseharian kita. Beragam rupa dan beragam rasa. Mulai dari penampakannya yg bersahaja sampai pada si juragan fitur. Ada yg diciptakan tuk buat kita tersenyum, tertawa dan ada juga yg bisa mempertemukan kedua alis kita. Ah, apalah daya perangkat keras komputer tanpa keberadaan si software, seakan tanpa jiwa (soul). Dan software juga menjadi bagian sebuah keluarga besar, yakni modernitas.

Tentu saja, sebuah software mendeskripsikan programmernya. Kalo softwarenya rapi, berarti programmernya mencintai kerapian, karya programmer yg kreatif akan berbeda dgn karya programmer yg normatif, begitu juga yg lainnya. Sehingga, software yg dibuat oleh seorang muslim seharusnya berbeda dgn software bikinan non-muslim. Nah, bagaimana sebaiknya kaidah keunikan tersebut??

Jujur, saya juga bingung, takut salah dan sebagainya. Tapi, untuk sementara begini adanya….

Software yg paling berasa Islam tentunya yang pake bahasa Arab atau yg berkonten ke-Islaman. Kita ketahui, ada aplikasi Tukang Adzan, Penanggalan Hijriah, kamus Bahasa Arab, Maktabah Syamilah, Qur’an in Word, Game Burshotul Arqom, dan sejenisnya.

Pada software tersebut ada unsur ajakan beribadah dan beramal sholeh. Bisa mencuatkan semangat beribadah dan menabur inspirasi beramal sholeh pada sesama. Software yg lebih bisa mengingatkan kita pada Sang Khaliq, Allah SWT (Maha Programmer Alam Semesta). Dan paling tidak, pembuatannya diniatkan utk kemanfaatan pribadi dan umat. Nah, gimana biar seperti itu?? Haruskah dirancang konsepan RPLI (Rekayasa Perangkat Lunak Islami)…??!

Berarti adakah software yang gak Islami? Kemungkinan ada…. Seperti (kalo sudah ada) aplikasi yg berisi buka2an aurat, provokatif negatif, software adu domba, dan yang sealiran.

Akhirnya, software yg bagus akan hidup awet dan banyak pemakai setianya. Ini adalah peluang emas bagi kita tuk menebar segala macam ragam kebaikan lewat ‘barang lunak’ tersebut. Dan karena adanya kompetisi yg kian seru, kita harus belajar dan belajar lagi, dan belajar terus, buat program lagi dan coding lagi, sampe akhirnya kita di-‘Shut Down’….

Allahua’lam bisshowab

Free Download Modul Multimedia Pembelajaran dengan Flash dan PowerPoint

Berikut modul (sederhana) yang bisa didownload:

1. FLASH sebagai Media Pembelajaran

2. POWERPOINT sebagai Media Pembelajaran

3. POWERPOINT sebagai Media Pembelajaran (slide)

Mohon kritik, saran dan masukannya...

JACP (Jangan Asal Copy Paste)

Satu lagi gerakan moral di dunia cyber. Sebuah gerakan yang ingin memberi pencerahan ttg Paham COPAS. Gerakan ini saya temukan di blognya pak Rane Hafied di http://anotherfool.wordpress.com/jacp/. Sangat menarik, karena gerakan ini juga ditujukan untuk saling bersilaturahim antar blogger sekaligus menyolidkan dunia mereka.

Berikut inti dari ajakan informal ini:
“JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal. Hitung-hitung bersilaturahmi dan memperluas pergaulan, bukan?”

Dan adanya himbauan utk menambah image di blog kita, seperti ini:

Dan, ada juga yang KONTRA terhadap gerakan ini.Ada yg berpendapat COPAS merupakan proses pembelajaran dan jalan kebaikan seseorang. Sebuah argumentasi dari mas/pak Wahyudi Hermawan yg menarik tuk qta simak, kurang lebihnya sperti berikut:

“Hak paten adalah bentuk penghargaan kontan di dunia. Saudaraku… berhentilah merasa bahwa saya telah menciptakan sesuatu….saya ingin sesuatu dari apa yang telah saya buat…. biarkan saja Pencipta Sejati yang memberikan penghargaan untuk kita…. jangan takut di copy paste….jangan takut di bajak…. jangan takut orang mengambil keuntungan dari apa yang kita buat…. karena kita tak akan bisa membuat kalau tidak di buat…karena kita tak akan bisa mencipta kalau tidak diciptakan….. Ketika mereka mencantumkan nama kita sebagai pemikirnya….itu hanyalah penghargaan yang tak seberapa, ketika mereka mencantumkan nama mereka atas karya kita itu juga bukan sebuah pencurian ide…. semakin banyak orang merasakan manfaat dari apa yang kita berikan maka akan semakin besar royalti yang kita dapatkan di kehidupan nanti. Jangan lagi takut dibajak…jangan lagi takut dicuri ….jangan marah kalau pemikiran kita menjadi tidak berlabel kita….karena ketahuilah Allah tahu atas apa yang telah kita beri dan dedikasikan….. “

Nah, kalo saya sih setuju kedua-duanya dalam hal tertentu. Kalo qta sebagai piha peng-COPY sebaiknya dicantumkan referensinya dan disertai dengan pemahaman yg sungguh terhadap materi yang dicopy. Juga dalam hal-hal tertentu sebaiknya di tambahi dengan penyempurnaan dan opini kita. Dan kalo kita sebagai pihak yang di-COPY, maka niatkan utk beribadah dan beramal sholeh pada sesame, juga utk menyebarkan pemahaman kita. Kalo mereka menyertakan sumber dari kita, alhamdulillah dan kalo tidak juga tak jadi permasalahan. Yang penting kita terus berkarya.

Nah, bagaimana dgn temen-temen? Lebih setuju dengan Faham JACP (sbg apresiasi ide/gagasan & silaturahim) atau lebih setuju dgn Faham COPAS (sbg pembelajaran dan ibadah)??

Digitalisasi Kampus

Semoga bisa menuai gagasan-gagasan berkah….

Kalo kita sejenak membaca sejarah bencana alam di Nusantara, maka akan ada link ke dunia Information n communication technology (ICT) atau TIK. Misalnya pasca Tsunami di NAD, betapa banyak informasi berharga dan penting yang hilang. Sebut saja dokumen kepemilikan tanah, ribuan ijazah pelajar, surat ukur, obligasi, dll yang sebagian besar masih berbentuk dokumen cetak dan tidak ada backupnya. Bisa dikatakan peradaban informasinya bisa ikut musnah bersama raga fisiknya. Apakah solusinya??

Dan yang berikut juga penting, ada tiga elemen ICT yang saling melengkapi yakni hardware, software dan brainware (programmer, admin, analys, user). Hardware yg tanpa isi dan manusia maka menjadi seonggok benda mati yang tak berguna, software tanpa wadah dan pengguna maka akan seperti jiwa tanpa raga, dan manusia yang tak punya apa-apa, yaaa… jadilah manusia cacat yg tak mampu berbuat apa-apa.

Hal ini akan terkait dengan security/keamanan sistem. Entah kita memakai sistem informasi digital maupun sistem berbasis kertas (system based paper), jika tidak dijalankan oleh manusia yang shiddiq (jujur) dan fathonah (cerdas) maka akan sama-sama mengundang kerugian. Ancaman cracker tidaklah menjadi perkara besar jika sistem dihandle oleh orang cerdas dan jujur, bahkan bisa akan ‘terlalu’ bermanfaat…sipp…!

Dan lagi, ukhuwah (baca: integrasi) file dalam manajemen informasi tingkat pusat bisa lebih efektif jika bentuk informasinya seragam dan terhubung.

Satu hal lagi, terkait bidang Research and Development (R&D) (khususnya bidang teknologi) ada yang bilang bisa mempercepat proses kemandirian. Sebagai contoh, Sebuah Perusahaan Industri Telematika China (Hwuawei) bahkan mengalokasikan dana R&D ini lebih dari 60 % dari total pendapatan yang mereka miliki. Dalam waktu kurang dari 1 dekade seluruh teknologi terbaru telematika berhasil mereka kuasai.

Dan akan lebih mantab lagi jika objek R&D ini dimulai dari lingkungan sekitar kita dulu. Dengan harapan lingkungan kita tersebut tidak melulu menjadi target pasar teknologi, harus ada saatnya kita menjadi trendsetter dan produsen teknologi.

Maka akhirnya, teknologi hanyalah sebuah solusi berbentuk tools dan system yang tak akan mengubah karakter dan jati diri pemakainya. Bahkan jati diri bisa hilang jika manajemen informasi dikelola tdk secara professional dan terpadu. Serta untuk menghadapi tuntunan menjadi Masyarakat Informasi Global, maka langkah persiapannya tak lain adalah merampungkan kemandirian teknologi, betul...??

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More