The Art of 'Paper Management'

Pernah pusing pas ngeliat kertas berserakan di kamar kita ???!!... .

“Laskar Programmer” UIN Maliki Malang

GEMA-Satu lagi bukti yang menunjukkan bahwa mahasiswa UIN Maliki Malang kaya akan kreatifitas...

The Next Generation of Superhero, is Us!

“Terkisah pada suatu malam yang kelam. Kala itu, semua penduduk bumi sedang terlelap. Jalanan sunyi....

WCU Itu 'Wong Cilik University' kan?

Maaf, tulisan ini hanya sebagai teman ngobrol saya aja.. Bukan utk tujuan aneh tertentu, karena isinya pasti tak berasa ilmiah dan minim kata-kata yang keren....

Harta, Tahta, Wanita, dan ............??

Duet dunia nyata dan dunia digital semakin intim saja. Dunia nyata semakin bergantung pada dunia cyber, dan dunia cyber kian kompleks....

Senin, 09 April 2012

Film Fair Game

Tadi malam aku habis nonton film Fair Game. Itu merupakan kali kedua aku nonton. Biasa lah, orang gak cerdas kayak aku ini perlu berulangkali nonton film serius begituan baru bisa lebih ngerti..

Singkatnya, film ini memadukan dunia intrik politik dengan drama keluarga. Berkisah tentang sepasang suami istri, Joseph ‘Joe’ Wilson (diperankan Sean Penn) yang merupakan mantan duta besar, dan istrinya,Valeri Plame Wilson (diperankan Naomi Watts) yang merupakan agen elit CIA. Mereka punya dua anak kembar yg berusia sekitar 3 tahunan..

Joe - Valerie
Konflik film ini dimulai saat Joe diminta oleh CIA untuk menyelidiki kebenaran negara Irak membeli uranium dari Nigeria. Joe pun ke nigeria langsung untuk melakukan investigasi. Hasilnya, Joe meragukan kebenaran isu tersebut tentunya dengan beberapa argumen, yaitu Nigeria mendapat bantuan dari Amerika, dan mustahil menyembunyikan rombongan besar 50 truk uranium tanpa meninggalkan jejak.

Konflik pun kian menanjak saat AS mulai menyerang Irak. Joe merasa presiden Amerika Serikat, George W. Bush,  telah melakukan pembohongan publik karena menuduh Irak membuat senjata nuklir. Hasil investigasi Valerie pun menunjukkan hal tersebut, fasilitas nuklir Irak sudah lama dihancurkan AS.

Irak saat diserang AS
Joe tak tahan lagi, dia lalu menulis artikel di The New York Times yang berjudul "What I Didn’t Find in Africa", yang langsung direspon, tak tanggung-tanggung, White House membeberkan identitas CIA Valerie yang selama ini dirahasiakan. Mulai terjadi percekcokan di keluarga Joe-Valerie.

Artikel Joe di The New York Times
Joe terus melawan White House. Valeria yang awalnya lebih memilih diam, akhirnya bangkit ikut “berperang” bersama suaminya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya...?? Tuntaskan rasa penasaran Anda dengan segera menonton filmnya.. :)
Joe Vs. White House
Dulu awal kali nonton, aku anggap film ini kurang populer, sehingga kupikir tidak bagus. Tapi anehnya, dulu aku bisa betah nonton sampe akhir. Mungkin karena alur ceritanya yang bikin penasaran, bisa juga acting mantabb para pemainnya, ato karena berangkat dari cerita nonfiksi.Yang jelas, aku suka film ini.Selain bisa memperluas pengetahuan kita, juga bisa membawa nuansa baru bagi kita yang umumnya suka film full action dan comedy.

Oya, kapan ya ada film Hollywood yang ngusung tema kemanusiaan atas penjajahan Israel terhadap Palestina..? Tentunya secara fair dan apa adanya. Pasti impact-nya besar bagi kemerdekaan bangsa Palestina..! Dan satu lagi yang tak kalah pentingnya, beranikah para elit Indonesia membeberkan kebohongan pemerintah..??

Selasa, 03 April 2012

Extremely Loud and Incredibly Close

Film produksi Warner Bros Pictures ini diangkat dari novel karya Jonathan Safran Foer. Diperankan oleh Thomas Horn sebagai Oskar Schell, yang merupakan putra Thomas Schell (diperankan oleh Tom Hanks) dan ibunya Linda Schell (diperankan Sandra Bullock).
Film ini mengisahkan tentang keluarga Schell yang ditinggalkan sang kepala keluarga, Thomas Schell dalam tragedi 9/11. Oskar yang baru berusia sekitar 12 tahun sangat kehilangan sosok ayahnya. Dia memendam suatu rahasia yang menjadi penyesalan terbesarnya. Sang ayah meninggalkan sebuah kunci misterius. Oskar pun melakukan pencarian untuk menemukan kotak atau selainnya sebagai tujuan kunci tersebut. Satu-satunya petunjuk hanyalah kata “Black”, yang Oskar anggap sebagai nama seseorang. Dia pun mendatangi semua orang bernama “Black” di kotanya untuk mencari tahu. Pencarian ini mempertemukannya dengan banyak jenis orang, dengan situasi mereka masing-masing. Siapa saja yang ia temui dalam pencariannya? Sukseskan ia? Apa sebenarnya rahasia dari kunci tersebut? Temukan jawabannya dengan menonton film yang satu ini... :)
 
Alurnya film ini gak ngebosenin, kita disuguhkan dengan banyak kejutan, apalagi menjelang ending film. Bisa dibilang film ini touching, menyentuh perasaan. Salah satu scene yang aku suka adalah saat ibu Oskar melihat buku catatan pencarian Oskar. Buku perjalanan yang kreatif dan inspiratif. Di tiap halaman merekam satu pencarian Oskar. Dilengkapi dengan foto bermacama-macam “Black”, mainan-mainan kreatif, dan beberapa catatan. Aku suka bagian semacam itu, contoh serupa seperti di film Thailand “First Love”, atau video perpisahannya “Catatan Akhir Sekolah”.  

Pelajaran dari film ini? “To not stop looking”, itulah mungkin salah satunya. Bisa saja film ini akan menginspirasi anak kecil untuk membuat buku harian mereka. Sebab akan menyimpan kenangan yang sewaktu-waktu bisa dirasakan kembali. 

Tak banyak yang bisa aku tulis. Sebuah harapan. Semoga di tanah air makin banyak bermunculan film serupa. Film yang sangat menyentuh dan tidak klise. Film yang menyajikan kejutan-kejutan dalam ceritanya. Film yang sarat perasaan. Film yang mengangkat sisi lain dari suatu kejadian besar. 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More