Satu lagi film menginspirasi. Sarat muatan, edukasi, budaya, persahabatan, keluarga, dan reliji, semua tersaji. Tampaknya part pertama tetralogi Laskar Pelangi Andrea ini telah menggugah langit-langit hati penonton dengan keindahan pelangi (dan segala makna yang terkandung di dalamnya). Dan, terlepas dari perbedaan batasan -unggul-lemahnya- dunia film dengan novel, film ini patut ditonton, semua kalangan.
Sangat menggambarkan kondisi pendidikan di Nusantara. Kita telah lama menyadari, begitu banyak Lintang di negeri kaya ini, sesosok generasi yang cerdas-ulet tapi tak mampu secara financial untuk “menikmati” pendidikan, secara layak! Sedang yang punya duit menganggap pendidikan sekedar sekeping masa untuk “tertawa” saja, mencari “angka” semu, dan mengejar “kertas” sia-sia. Kebanyakan kita telah lupa –atau pura-pura gak tahu- tujuan pendidikan itu sebenarnya, menghilangkan kebodohan, taqarrub diri, dan tentunya menjadi semakin berguna.
Harus kita pahami, pendidikan bukan saja tanggungjawab gedung sekolah semata, tapi kita semua! Di mana saja, di bawah atap keluarga, taman persahabatan, semua lembaga, dan setiap kita pun juga. Sudah seberapa care perhatian kita terhadap pendidikan di negeri ini? Pernahkah terpikir di benak kita untuk melakukan sesuatu? Mendirikan yayasan anak asuh mungkin, atau membikin sendiri perpustakaan umum, atau menyebar buku gratis, atau belajar mengajar di lembaga pendidikan, dan atau-atau yang lainnya. Seberapa kritiskah kita terhadap tayangan-tayangan televisi yang gak mendidik akal-moral adik-adik kita? Sadarkah kita lagu-lagu dewasa telah menjadi konsumsi harian adik-adik kita, karena semakin jarangnya lagu anak-anak?
Film-novel ini juga membincang tentang pahlawan. Pahlawan (guru) yang sangat berjasa tanpa pengin banyak dikenal dan dikenang.Film ini berpesan bahwa pendidikan adalah aktivitas mendidik hati, bukan hanya otak. Hati, menentukan segalanya, tempat niat berada. Hatilah yang menentukan kualitas daging-daging tubuh lainnya. Betapa hatilah yang menjadikan otak menjadi berharga, betapa hatilah yang menjadikan pancaindera menjadi berkarya, betapa hatilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Dan tentunya pembahasan ini takkan sampai di sini saja, masih luas daratan pijakan film-novel ini untuk ditelusuri, dan masih luas lautan hikmahnya untuk dijelajahi.
…Semoga kita dan putra-putri kita kelak, tumbuh seperti pelangi, indah karena perbedaan, dan megah dalam panorama dunia. Tapi lebih dari itu, semoga bukan menjadi sekedar siluet belaka, dan juga bukan generasi klise belaka.[] arifbillah
0 comments:
Posting Komentar