Kamis, 24 Februari 2011

E-Learning Society

Situs InternetWorldStats.com menunjukkan bahwa pada sepanjang tahun 2009 pengguna internet (netter) di Indonesia mencapai angka 30 juta jiwa, atau 12,5% dari total penduduk seluruhnya (240,271,522 jiwa). Angka tersebut menempatkan Indonesia berada di rangking ke-13 pada daftar negara penyumbang pengguna internet di dunia (sebesar 1,7%). Hal ini mengindikasikan bahwa rakyat indonesia telah banyak yang menjadikan internet sebagai bagian dari gaya hidup (life style) mereka.

Tiga mhs UIN Maliki Malang di dpn gdg Rektorat
Istilah internet seringkali disebut juga dengan dunia internet atau dunia maya. Penggunaan kata "dunia" di sini seakan menganalogikan internet dengan dunia nyata. Hal tersebut dilandasi dengan kian banyaknya aplikasi internet yang turut menyempurnakannya menjadi sebuah dunia baru. Mulai dari kepemilikan website yang berfungsi sebagai rumah/toko/galeri online, online storage berfungsi sebagai gudang di internet, sampai dengan social networking yang berfungsi untuk menjalin pergaulan dengan netter lain. Ditambah lagi, dengan hadirnya teknologi yang mengadopsi dari konsep, aktivitas, dan produk di dunia nyata, seperti e-banking, e-ID, e-driving license, e-passport, e-commerce yang kesemuanya turut mengutuhkan komprehensivitas keduniaan internet.
Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, mendapat pengakuan, dan menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini tampaknya juga berlaku di internet. dibuktikan dengan kian membludaknya aplikasi social networking sampai hari ini. Interaksi tersebut memiliki tujuan dan kepentingan yang beragam. Salah satu diantaranya adalah untuk membangun sebuah komunitas (masyarakat) pembelajar dunia maya, atau bisa kita sebut dengan e-learning society.

E-learning society merupakan sebuah komunitas netter yang menjadikan e-learning sebagai aktivitas utamanya. E-learning society bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, full e-learning society dan half e-learning society. Pada full e-learning society, aktivitas pokok learningnya sepenuhnya terjadi secara online, sedang pada half e-learning society, aktivitas learningnya terjadi secara online dan offline.
Untuk mewujudkan e-learning society yang berhasil dalam proses pembelajarannya, setidaknya terdapat empat elemen yang perlu diperhatikan: (1) Connection (koneksi internet yang lancar), (2) Collaboration (terjalinnya komunikasi antar anggota yang pro-aktif), (3) Innovation (lahirnya inovasi dan buah karya baru), dan (4) Cyber-Akhlaq (akhlaq yang tetap terjaga). Cyber-Akhlaq di sini dibutuhkan mengingat betapa mudahnya terjadi manipulasi informasi dan komunikasi di dunia internet.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More