Senin, 13 September 2010

Andai Aku Seorang Kyai di Probolinggo

Judul di atas dipilih sebagai wujud rasa penghormatan penulis terhadap para ulama (kyai). Ingin rasanya diri ini menjadi seperti mereka. Para ulama adalah hamba-hamba yang sangat dekat dengan Allah, para kekasih Allah, pewaris tugas para nabi (warasatul anbiya’), memiliki ilmu yang luas, menguasai ilmu-ilmu agama, ilmu yang barakah, dan memiliki kekuatan kharisma yang bisa menggerakkan beribu-ribu umat.

Keberadaan para kyai dan pondok pesantren (ponpes) telah menjadi ciri khas dunia keislaman Indonesia. Di daerah penulis, mulai dari Genggong, Kraksaan, Besuk, sampai Paiton banyak sekali ditemui pondok pesantren. Ponpes tsb didirikan dan diasuh oleh para kyai, dikelola bersama para ustadz/ustadzah.

Antar para kyai di semua daerah memiliki ikatan ukhuwah yang kokoh, mungkin karena adanya ikatan batin (spiritual) yg penulis kurang paham, juga faktor lainnya, yakni mereka sama-sama tergabung dalam wadah Nahdlatul Ulama (NU). Setau penulis, NU merupakan organisasi Islam yang berkarakter ahlussunnah wal jamaah (aswaja) yang terbesar di Indonesia (bahkan di dunia). Organisasi NU terhubung melalui para kyai di seluruh ponpes, lembaga pendidikan Islam, dan para ustadz di masjid/mushola yg tersebar di daerah-daerah.

Nah, menyadari banyaknya warga yang tergabung dalam NU, dan jalur komunikasi kyai-umat yang jelas, serta pengaruh kyai yang sangat kuat, maka disini muncul peluang-peluang strategis yang bisa dimanfaatkan utk kepentingan bersama. Mari kita analisa lebih lanjut (berhubung penulis masih awam dan baru belajar, mohon dimaklumi kalo ditemui banyak sekali kekeliruan dan mohon koreksi dari semua pihak)...

1. Kita tahu, peran zakat itu sangat urgental. Selain sebagai wujud ketakwaan kita menjalankan perintah Allah, juga membangun karakter muslim yang welas asih pada sesama. Berkat zakat, pemerataan kesejahteraan akan meningkat, sumber modal terpenuhi, dan berkurangnya egoisme di sebagian kaum muslimin.

Belajar dari efek yang super dahsyat dari ibadah zakat ini, muncullah sebuah ide sederhana. Kita tahu, banyak saudara kita sesama kaum muslimin yang sedang butuh bantuan, bukan hanya utk keperluan sehari-hari, tapi lebih dari itu, mereka memiliki kebutuhan mahal yang sangat mendesak. Misalnya, ada tetangga kita yg menderita Hydrocephalus (moga bener penulisannya), ada yg berpenyakit gondok, tumor, dan penyakit berbahaya lainnya. Biaya berobatnya pasti mahal, dan kalo hanya mengandalkan bantuan pemerintah khawatir lama turunnya. Penulis yakin, dengan sebuah gerakan infak bersama, hal ini bisa dituntaskan, meski melalui beberapa tahap. Sebut saja dengan gerakan “Muslim Peduli Muslim”, ato “Seribu Cinta utk Sesama”, dsb.

Diawali dengan ajakan para kyai kepada para santri, lalu diteruskan ke wali santri, juga pemberitahuan takmir masjid/mushola kepada para jamaahnya, juga ajakan para ustadz dan tokoh masyarakat kepada umat muslim di lingkungannya, ato mungkin juga ajakan via internet. Ajakan tsb diperkuat dgn data2 yg sudah diteliti sebelumnya.

Lalu disediakan kotak-kotak khusus utk gerakan ini, bisa ditaruh di masjid/mushola, pasar, sekolah, warnet, toko besar, warung, dan tempat strategis lainnya. Penulis rasa, daripada menggalang dana di tengah jalan yg agak mengganggu lalu lintas, mending disediakan kotak di tempat-tempat tertentu, dengan didahului ajakan yg jelas dan menyentuh hati. InsyaAllah lebih diterima masyarakat dan terjaga keikhlasan kita.

2. Salah satu ciri lembaga pendidikan yang berkualitas, terlihat dari kondisi perpustakaan di lembaga tersebut. Dimulai dari kelengkapan koleksi, jumlah pengunjung, sirkulasi keluar-masuk pinjaman, tingkat up to date buku terbaru, kenyamanan tempat, sampai kemudahan segala prosedur. Sebuah perpustakaan berfungsi sebagai sumber literatur berbagai pengetahuan, akses pengetahuan yang murah (tanpa harus membeli buku), pusat kegiatan keilmuan, dan wujud rasa cinta kita terhadap ilmu pengetahuan.

Dari banyaknya manfaat tersebut, muncul satu ide sederhana lagi. Yakni ide untuk membangun sebuah perpustakaan Islam sebagai pusat pendidikan keislaman di daerah sekitar Kraksaan, Besuk, Paiton, dan sekitarnya. Mungkin sebutannya “Islamic EduCenter”, ato “Pusat Peradaban Islam”, ato nama yg lebih keren lainnya . Perpustakaan tersebut bisa dikelola bersama oleh semacam paguyuban (persatuan) lintas pondok pesantren.

Bagaimana dengan biaya dan sumber daya dalam pembangunannya? Hal ini bisa diatasi dengan menjadikannya sebagai proyek bersama masyarakat muslim Probolinggo. Melalui ajakan via sholat jumat, media massa, internet, tokoh masyarakat, dan guru ngaji, proyek tersebut disosialisasikan ke masyarakat luas.

Bagaimana dengan ketentuan peran serta masyarakat? Dalam semua ajakan, disampaikan bahwa masyarakat dibebaskan untuk memilih sendiri jenis dan jumlah kontribusi sesuai dengan kemampuan mereka, bisa berupa tenaga fisik, bahan bangunan (semen, batu, batu bata, pasir, cat, kayu, dsb), uang tunai, konsumsi sehari-hari pekerja, atau koleksi perpustakaan (buku, kitab, jurnal, surat kabar, penelitian, dsb).

Harapannya, perpustakaan tersebut menjadi proyek bersama sehingga melahirkan rasa kepemilikan dari masyarakat. Agar semangat pembangunan dan pengembangannya bisa tetap terpelihara. Juga semoga bisa menambah kecintaan masyarakat (terutama generasi muda) terhadap ilmu pengetahuan keislaman dan saban harinya ramai pengunjung. Ramai oleh diskusi-diskusi ilmiah dan produk-produk keislaman. Juga bisa menjadi pusat informasi pendidikan keislaman di daerah sekitar. Dan akhirnya, semoga bisa melahirkan tokoh-tokoh, ilmuwan dan ulama yang mengharumkan nama daerah dan bermanfaat bagi agama, bangsa, dan masyarakat luas.

3. InsyaAllah Bersambung

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More