Minggu, 09 Mei 2010

Digitalisasi Kampus

Semoga bisa menuai gagasan-gagasan berkah….

Kalo kita sejenak membaca sejarah bencana alam di Nusantara, maka akan ada link ke dunia Information n communication technology (ICT) atau TIK. Misalnya pasca Tsunami di NAD, betapa banyak informasi berharga dan penting yang hilang. Sebut saja dokumen kepemilikan tanah, ribuan ijazah pelajar, surat ukur, obligasi, dll yang sebagian besar masih berbentuk dokumen cetak dan tidak ada backupnya. Bisa dikatakan peradaban informasinya bisa ikut musnah bersama raga fisiknya. Apakah solusinya??

Dan yang berikut juga penting, ada tiga elemen ICT yang saling melengkapi yakni hardware, software dan brainware (programmer, admin, analys, user). Hardware yg tanpa isi dan manusia maka menjadi seonggok benda mati yang tak berguna, software tanpa wadah dan pengguna maka akan seperti jiwa tanpa raga, dan manusia yang tak punya apa-apa, yaaa… jadilah manusia cacat yg tak mampu berbuat apa-apa.

Hal ini akan terkait dengan security/keamanan sistem. Entah kita memakai sistem informasi digital maupun sistem berbasis kertas (system based paper), jika tidak dijalankan oleh manusia yang shiddiq (jujur) dan fathonah (cerdas) maka akan sama-sama mengundang kerugian. Ancaman cracker tidaklah menjadi perkara besar jika sistem dihandle oleh orang cerdas dan jujur, bahkan bisa akan ‘terlalu’ bermanfaat…sipp…!

Dan lagi, ukhuwah (baca: integrasi) file dalam manajemen informasi tingkat pusat bisa lebih efektif jika bentuk informasinya seragam dan terhubung.

Satu hal lagi, terkait bidang Research and Development (R&D) (khususnya bidang teknologi) ada yang bilang bisa mempercepat proses kemandirian. Sebagai contoh, Sebuah Perusahaan Industri Telematika China (Hwuawei) bahkan mengalokasikan dana R&D ini lebih dari 60 % dari total pendapatan yang mereka miliki. Dalam waktu kurang dari 1 dekade seluruh teknologi terbaru telematika berhasil mereka kuasai.

Dan akan lebih mantab lagi jika objek R&D ini dimulai dari lingkungan sekitar kita dulu. Dengan harapan lingkungan kita tersebut tidak melulu menjadi target pasar teknologi, harus ada saatnya kita menjadi trendsetter dan produsen teknologi.

Maka akhirnya, teknologi hanyalah sebuah solusi berbentuk tools dan system yang tak akan mengubah karakter dan jati diri pemakainya. Bahkan jati diri bisa hilang jika manajemen informasi dikelola tdk secara professional dan terpadu. Serta untuk menghadapi tuntunan menjadi Masyarakat Informasi Global, maka langkah persiapannya tak lain adalah merampungkan kemandirian teknologi, betul...??

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More