Minggu, 09 Mei 2010

Mendefinisikan Software Islami

Sekedar brainstorming aja…

Seakan menjamur. Saat ini, software memang telah membanjiri dan bebas berkeliaran di dunia digital keseharian kita. Beragam rupa dan beragam rasa. Mulai dari penampakannya yg bersahaja sampai pada si juragan fitur. Ada yg diciptakan tuk buat kita tersenyum, tertawa dan ada juga yg bisa mempertemukan kedua alis kita. Ah, apalah daya perangkat keras komputer tanpa keberadaan si software, seakan tanpa jiwa (soul). Dan software juga menjadi bagian sebuah keluarga besar, yakni modernitas.

Tentu saja, sebuah software mendeskripsikan programmernya. Kalo softwarenya rapi, berarti programmernya mencintai kerapian, karya programmer yg kreatif akan berbeda dgn karya programmer yg normatif, begitu juga yg lainnya. Sehingga, software yg dibuat oleh seorang muslim seharusnya berbeda dgn software bikinan non-muslim. Nah, bagaimana sebaiknya kaidah keunikan tersebut??

Jujur, saya juga bingung, takut salah dan sebagainya. Tapi, untuk sementara begini adanya….

Software yg paling berasa Islam tentunya yang pake bahasa Arab atau yg berkonten ke-Islaman. Kita ketahui, ada aplikasi Tukang Adzan, Penanggalan Hijriah, kamus Bahasa Arab, Maktabah Syamilah, Qur’an in Word, Game Burshotul Arqom, dan sejenisnya.

Pada software tersebut ada unsur ajakan beribadah dan beramal sholeh. Bisa mencuatkan semangat beribadah dan menabur inspirasi beramal sholeh pada sesama. Software yg lebih bisa mengingatkan kita pada Sang Khaliq, Allah SWT (Maha Programmer Alam Semesta). Dan paling tidak, pembuatannya diniatkan utk kemanfaatan pribadi dan umat. Nah, gimana biar seperti itu?? Haruskah dirancang konsepan RPLI (Rekayasa Perangkat Lunak Islami)…??!

Berarti adakah software yang gak Islami? Kemungkinan ada…. Seperti (kalo sudah ada) aplikasi yg berisi buka2an aurat, provokatif negatif, software adu domba, dan yang sealiran.

Akhirnya, software yg bagus akan hidup awet dan banyak pemakai setianya. Ini adalah peluang emas bagi kita tuk menebar segala macam ragam kebaikan lewat ‘barang lunak’ tersebut. Dan karena adanya kompetisi yg kian seru, kita harus belajar dan belajar lagi, dan belajar terus, buat program lagi dan coding lagi, sampe akhirnya kita di-‘Shut Down’….

Allahua’lam bisshowab

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More